Berbuah Sampai Patah
by Felix Kurnia on Thursday, September 8, 2011 (FB) at 9:22pm
Hari ini Saya menemukan pemandangan yg menurut Saya sangat unik, saking tak rela melewatkannya, segera Saya bidikkan kamera Blackberry utk mengabadikannya.
Sebenarnya sudah berhari2 saya memperhatikan pohon pisang di halaman belakang kantor Saya, tandan nya begitu penuh berisi & meski semua masih hijau, pisang2 itu sudah cukup besar. Siang ini sesuatu yg mengejutkan terjadi. Baru Saya sadari ternyata batang pohon yg menopang tandan berisi mungkin lebih dari 100 sisir pisang itu telah patah sehingga pohon tsb ditopang oleh beberapa batang besi bekas.
Serius, seumur hidup baru pernah Saya melihat dahan pohon pisang yg patah gara2 keberatan buah!
Pemandangan itu spontan membuat Saya tertegun. Seolah Saya ditantangnya, sudahkan kamu "berbuah" sedemikian lebat & banyak hingga kamu tak sanggup menopangnya? Saya dibawa lagi oleh Tuhan yg sungguh baik itu utk bertanya jujur,
"Apa sih makna buah bagi kamu?"
"Apakah ketenaran? Apakah jumlah aset? Apakah banyak rekaman dan karya yg Saya buat? Atau bahkan apakah pesan inspirasi yg non stop Saya ketikkan utk org2?"
Larut malam setelah Saya pulang & menuliskan pengalaman ini, barulah pemahaman menjadi lebih jernih.
Tidak, tentu saja bukan semuanya itu.
St. Paulus mengatakan bahwa buah roh adalah "Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemahlembutan, dan Penguasaan Diri".
Saya tertegun lagi & tersenyum, sungguh terasa Tuhan yg RohNya lembut itu mengajar Saya perlahan, bahkan di tengah kesibukan & kelelahan.
Hanya kasih & kawan2nya lah yg pantas membuat kita melahirkan begitu banyak hal baik hingga "batang" tubuh kita alias "hawa nafsu" jasmani kita ditundukkan atau bahkan dipatahkan olehnya. Mungkin hingga ekstrem tertentu (bukan dlm konteks tdk menjaga kebugaran), Saya hendak mengutip nasehat kawan lama dan mentor musik Saya,
"Kalau masih muda, bekerjalah sekeras mungkin, walau capek ataupun sakit, tubuh org muda cepat pulih dgn istirahat."
Tubuh kita tdk pantas dilelahkan oleh hal2 yg tdk sejati & tdk bernilai kekal, pikiran kita diciptakan utk mengatakan "sorry, ak ga level" sama BT, negative thinking, kekhawatiran, egoisme & kepentingan sesaat.
Oya, bagaimana kabar si pohon pisang?
Setelah Saya tinggal bekerja kira2 satu jam, Saya kembali ke lokasi yg sama. Saya sungguh terkejut krn ternyata pohon itu ternyata sudah ditebang & buah dari tandang raksasa itu sudah dipotong2 dlm tandan2 yg lebih kecil. Ternyata hari itu manajemen yg memang sudah Saya ketahui mempunyai rencana perapihan dan pemangkasan tanaman menjalankan rencana tsb. Saya hanya tak menyangka bahwa 1 jam sblmnya adalah kesempatan terakhir utk mengabadikan si
pohon. Dengan bergetar saya memandangi kembali foto yg baru sejam lalu saya ambil. Nothing last forever :)
Hari ini, pohon pisang yg malang itu mengajarkan hal penting kpd Saya & mudah2an utk kita semua.
Kita semua tahu, saatnya akn tiba utk kita mempertanggungjawabkan semua aksi kehidupan kita. Kita hanya tak pernah tahu kapan saatnya. Bahkan tak ada yg tahu apa yg akan terjadi pada siapapun termasuk diri kita sendiri satu jam dari sekarang. Yg akan tertinggal adalah tandan2 hati kita yg dinikmati (atau menyakiti) org2 yg kita tinggalkan kelak.
Let's be honest. Selama hidup dlm dunia kita butuh uang & harus cerdik, namun apa yg jadi agenda tersembunyi kita di balik siasat & alokasi aset kita (uang, waktu, dll), itulah indikator kepada siapakah kita berpihak, siapakah atau apakah yg kita sembah.
Kata bijak dlm kitab suci menyampaikan bahwa inti dari semua hukum Tuhan & kitab para nabi adalah mengasihi Tuhan segenap hati & mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.
Saatnya mereinventarisir dan hidup utk hal2 terpenting. Love God, love people.
Blessings,
Wartawan pohon pisang
Felix Zhao
No comments:
Post a Comment