originally written in Facebook Notes by Felix Kurnia on Wednesday, October 5, 2011 at 10:18pm
“Here’s to the crazy ones, the misfits, the rebels, the troublemakers, the round pegs in the square holes… the ones who see things differently — they’re not fond of rules… You can quote them, disagree with them, glorify or vilify them, but the only thing you can’t do is ignore them because they change things… they push the human race forward, and while some may see them as the crazy ones, we see genius, because the ones who are crazy enough to think that they can change the world, are the ones WHO DO.” - Steve Jobs
Saya baru saja menyaksikan film The Taking Of Pelham 123, versi 2009 yang diperankan oleh aktor utama Denzel Washington & John Travolta. Buat para sahabat penggemar film-film barat mungkin sudah tdk asing dgn nama besar para peraih Academy Award ini.
Saya mengenal siapa mereka, tokoh-tokoh dan film-film apa saja yg sudah pernah mereka perankan, tapi anehnya, Saya tidak merasakan bahwa mereka adalah Denzel Washington & John Travolta yg sedang berakting.
Saat adegan demi adegan bergulir yg saya lihat dan kenali di layar adalah Walter Garber, seorang petinggi dinas transportasi umum kota New York yg sedang dikenai sanksi disipliner karena tuduhan menerima suap dan secara tak sengaja harus menghadapi kegilaan Dennis Ford aka. Ryder, seorang ex-napi & pemain saham ulung yg membajak kereta bawah tanah utk mendulang laba dari fluktuasi saham berkaitan berita penyanderaan tsb.
Saya tidak lagi mengingat apalagi menjadi bosan karena lagi-lagi wajah mereka yg saya lihat, namun emosi Saya malah begitu terkuras melihat ekspresi mereka saat Ryder mengancam membunuh seorang sandera remaja hanya utk memaksa Garber mengaku bahwa ia memang menerima suap dan bagaimana hal itu ia lakukan. Melihat akting wajah yg nampak malu dan berkaca-kaca, Saya melihat ironi dan ketidakadilan sosial yg menyebabkan Garber harus korupsi utk membayar biaya pendidikan anak-anaknya.
Saya tidak lagi mengenai identitas asli para aktor kawakan tersebut dan seakan kisah karier mereka tidak pernah ada. Yang tersisa hanya kekaguman karena mereka menyuguhkan sebuah permainan akting kelas dunia.
Saya jadi teringat kisah dari kitab suci, yaitu ketika Yesus mengajar di antara para kerabat-Nya di Nazaret, kampung halaman-Nya. Bagaimana mereka meragukan kemampuan-Nya, identitas-Nya dipertanyakan oleh latar belakang-Nya. Dan akhirnya dikisahkan bahwa pribadi seluar biasa Yesus pun tidak dpt mengadakan banyak mujizat di Nazaret, dan penyebabnya adalah: "ketidakpercayaan".
Jangan anggap remeh akibat yg dpt ditimbulkan oleh ketidakpercayaan. Bagi Yesus, ketidakpercayaan kita dapat menghalangi karya-Nya.
Bagi kita, ketidakpercayaan lingkungan terhadap karya kita bahkan dapat merusak keyakinan kita akan panggilan Tuhan, kita tak lagi yakin bahwa kita pasti bisa melakukan apa yang Tuhan telah tentukan.
Namun Saya teringat kata bijak ini, bahwa "dunia menanti saatnya mereka yang berasal dari dan diutus Tuhan dinyatakan/nampak". Dunia menanti Anda mempersembahkan "permainan hidup kelas dunia" Anda.
Mereka yg menanti "debut" Anda jauh lebih banyak dan lebih penting dibandingkan mereka yg lebih mengenal Anda namun memutuskan utk memandang Anda hanya seukuran keterbatasan Anda di masa lalu atau yg mereka pikir Anda masih miliki saat ini. Masalahnya, kita malah "menyetujui" pemikiran salah itu.
Seorang sahabat ahli kitab suci memberitahu Saya bahwa kata "syukur" juga memiliki arti "setuju" akan
apapun yg Tuhan berikan dan ijinkan terjadi. Kehidupan yg besar diawali dgn rasa syukur, dan berita baiknya rasa syukur bisa dimulai di mana saja dalam perjalanan hidup kita, bahkan ia nampak paling indah dan dahsyat kekuatannya di titik terendah.
Kita tdk dpt melarang seseorang memiliki gagasan apapun tentang kita, namun kita jelas bisa melarang pikiran kita men-sabotase kehidupan kita sendiri.
Selalu hati Saya terhibur saat mengingat bahwa hal2 indah, mulia, dan besar yang kita dapat, telah, sedang, dan akan lakukan adalah salah satu alasan utama Tuhan merencanakan kelahiran saya dan menghendaki kehadiran Saya di dunia. Dan tiap kali bibir mengucap doa "Bapa Kami.." biarlah kita semua mengingat bahwa apa yg direncanakan-Nya dengan indah buat Saya, direncanakan-Nya juga utk Anda.
Blessings,
Rekan sepermainan Anda,
Felix Zhao
No comments:
Post a Comment