"We're all in a journey in paths where love showers us, salvation & hope appear out of nowhere, if we only stop a while and take a closer look .."

Tuesday, April 30, 2013

Gila??!

File:Superman.jpg
* Lihat versi bahasa Inggris (view in English)
"Faith is to believe what you do not see; the reward of this faith is to see what you believe."
Saint Augustine 




"A man of courage is also full of faith."

Marcus Tullius Cicero 


!!PERINGATAN!!
*semua kata "gila" dalam post ini berkonotasi positif yaitu: "secara tak tersaingi mampu melampaui hal-hal yang wajar"




crazy

 /ˈkreɪzi/
adjective (craziercraziest)...





  • 2extremely enthusiastic:example: I’m crazy about Cindy[in combination]:example: a football-crazy bunch of boys
  • 3(of an angle) appearing absurdly out of place or unlikely:example: the monument leant at a crazy angle




Phrases

like crazy

to a great degree; very intensely:example: we are just working like crazy

Saat blog ini ditulis banyak orang sedang menanti pemutaran perdana film layar lebar "Man of Steel", salah satu adaptasi layar lebar terbaru dari tokoh fiksi superhero nomor satu, siapa lagi kalau bukan Superman.  Special effect terbaru dan jalan cerita yang lebih dalam, itulah yg disiratkan melalui cuplikan / trailer nya.  Saya termasuk salah satu dari mereka, terlebih setelah mengetahui bahwa musik latar film kali ini akan digarap pula oleh Hans Zimmer.  Penasaran rasanya bagaimana "paman" Saya yang satu ini akan mengisi bagian yang selama ini didominasi oleh rangkaian nada tema Superman sejuta umat yang digarap oleh John Williams, jenius soundtrack dari generasi sebelumnya yang juga sukses secara monumental dalam menggarap soundtrack untuk film Indiana Jones & Star Wars.

Christopher Reeve mungkin adalah salah satu pemeran tokoh Superman yang akan dikenang dalam sejarah, Bryan Singer, sutradara film Superman Returns mengatakan bahwa Brandon Routh, yang berhasil lolos seleksi sebagai pemeran Superman dalam film garapannya tersebut memiliki kemiripan yang amat dekat dengan Alm. Reeve dalam menciptakan kesan "kombinasi rasa percaya diri & rapuh" yg unik dan sempurna menggambarkan tokoh super yang komik nya pertama kali diterbitkan tahun 1938 ini.


Bagi Anda yang antusias terhadap film & industri hiburan pasti mengetahui fenomena dimana tokoh yang diperankan "membunuh" karier dari pemerannya, maksudnya setelah seorang aktor / aktris memerankan seorang tokoh maka impresi mahakuat yang diciptakan oleh tokoh tersebut "melahap" sang pemeran, sehingga meskipun sang pemain mengerahkan seluruh kemampuan akting nya, ia tidak dapat lagi sukses "beranjak" memerankan tokoh lain.  Sebatas pengamatan Saya (yang sebenarnya terbatas), kasus ini terjadi pada pemeran Anakin Skywalker/ Darth Vader dalam film Star Wars II, Attack of The Clones dan Star Wars III, Revenge of The Sith yaitu Hayden Christensen, dan yang paling jelas adalah nasib Christopher Reeve setelah memerankan tokoh fiksi yang kharismanya mungkin tak tertandingi siapapun di dunia, Superman.

Hal yang sama pula dialami oleh James Caviezel yang memerankan tokoh yang dalam pandangan Saya memiliki nama yang paling berat untuk diperankan, Yesus Kristus dalam Passion of The Christ.  Bukan hanya dikenal, dikagumi & bahkan dipuja oleh begitu banyak orang didunia, kekuatan nama ini mencakup rentang waktu yang jauh lebih panjang dibandingkan Superman.  Jika dikatakan bahwa Superman merupakan figur gambaran seorang pahlawan & penyelamat, maka bagi begitu banyak orang Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Penyelamat.  Jika pemeran Superman akan begitu digemari dan dicintai, pemeran Yesus Kristus akan digemari sekaligus dikucilkan.


Sejak awal penerimaan peran Yesus Kristus, sutradara Mel Gibson telah memperingatkan bahwa peran ini akan mencederai karier akting Caviezel yang saat itu tengah menanjak setelah memerankan Private Witt dalam film berlatar Perang Dunia II, Thin Red Line.  Dalam proses pembuatan Passion of The Christ sendiri, aktor yang diharuskan mempelajari bahasa Aram (bahasa percakapan jaman kisah Kristus) ini melalui begitu banyak "cobaan" di antaranya dislokasi tulang bahu saat pengambilan gambar peristiwa "jalan salib", hipothermia saat adegan penyaliban, dan akhirnya sambaran petir!

Tidak hanya dalam dunia seni peran, jika kita hendak memainkan peran yang besar, kita dituntut mengambil keputusan besar.  Keputusan besar di sini bukan semata sensasional, namun lebih kepada jarak nya dari garis normal / kewajaran, seberapa tidak normal nya kah keputusan kita?  Seberapa "gila" kah kita?  Tidak ada keputusan biasa ataupun "aman" yang dapat membawa kita menjadi pribadi besar, termasuk di dalamnya sikap tidak berani / bersedia memutuskan langkah.  

Seseorang yang menemukan panggilannya tidak akan merasa cukup dengan pencapaian biasa.  Seorang pengusaha tidak akan tenang batinnya jika dipaksa bekerja di bawah sistem & pendapatan yang "tertakar", seorang akuntan yang terbiasa menjaga akuntabilitas akan segera kehilangan kewarasannya jika dipaksa bekerja sebagai marketing yang santapan hariannya adalah risk taking & pakemnya adalah "jangan pakai pakem".


Untuk sungguh-sungguh "hidup", seseorang perlu menemukan panggilannya, "calling" nya.  Anda tidak dapat bersemangat menjalani sesuatu yang bukan calling Anda.  Dengan mengatakan "hidup" Saya hendak men-sinonimkannya dengan kata Jawa, "passionate" (ada yg ketawa..).  Tuhan menaruh calling yang spesifik dalam diri Anda, dan passion/gairah Anda adalah indikator & detektornya.  


Mungkin Anda bertanya, "Apa bedanya dengan jika kita semangat mencari uang?"  Memang, apapun yang berhasil mendatangkan uang hampir pasti membuat hidup fana kita menjadi lebih mudah & membuka berbagai pilihan yang semula tidak tersedia.  Saya tidak memungkiri bahwa melimpahnya uang akan memuat kita gembira (tanpa memasukan perjuangan & pengorbanan ke dalam "persamaan"-nya ).  Namun meski uang dapat menjadi motif & motor Anda, meski harta dapat menjadi "gawang" & kegembiraan Anda, hanya terpenuhinya "calling"-lah yang akan membuat hidup Anda sempurna.  Aset Anda dapat meninggalkan Anda, namun "passion" Anda kekal adanya. Bahkan secara fana, passion Anda dapat terus hidup jauh setelah Anda menyelesaikan ziarah kehidupan Anda.

Bagaimana menemukan "calling" Anda?  Saatnya kembali mengabaikan ke-normalan dan beranikan diri Anda merenungkan hal ini:




"Membicarakan tujuan/guna/makna hidup adalah tidak relevan jika Anda tidak mempercayai bahwa diri Anda diciptakan.  Mencoba menemukan panggilan Anda adalah kesia-siaan jika Anda tidak menyadari bahwa ada yang memanggil Anda.  Pencarian Anda akan kesempurnaan hidup adalah retorika hampa belaka di balik kehampaan alam semesta jika Anda tidak menerima & mengijinkan diri Anda mengalami kesempurnaan, perjumpaan dengan Tuhan"


Memahami cinta Tuhan kepada kita, manusia adalah salah satu hal terdalam dan tersulit untuk dilakukan, bahkan meski kita mengalaminya setiap detik dalam hidup kita.  Bagaimana dengan Anda?  Itulah yang Saya alami.. setiap kali saya dibawa-Nya kembali mendekat, entah mengapa Saya merasa bahwa perjalanan hidup Saya dipindahkan kepada sesuatu yang lebih baik, meskipun sering kali Saya sendiri tidak mengerti sesuatu apakah itu dan ke manakah arah jalan tersebut.

Satu fakta yang Saya temukan, tidak ada orang "gila" yang memandang kehidupannya sendiri sebagai yang terpenting.  Mulai dari teroris yang sudah di "brainwash", sampai aktivis kemanusiaan atau para "philanthropist" (penderma besar), semua memandang suatu ide dan orang-orang di luar dirinya sebagai yang terpenting.
 

Bagi mereka yang telah "tergila-gila" untuk membahagiakan Tuhan & memperkaya sesama, poros dunia mereka telah berpindah tempat sehingga poros baru itu mampu memutar tabung "kehidupan" mereka yang lebih lapang, berisikan rejeki yang jauh lebih besar, purchase power yang lebih dahsyat, belas kasihan yang tak terkalahkan, hasilnya momen rotasi yang jutaan kali lebih besar, menelan rintangan apapun yang ada dalam lintasannya.  Rotasi dunia mereka yang nyaris tanpa "keakuan" ini mampu menciptakan "gravitasi" yang menarik & menaungi jiwa-jiwa lemah disekitarnya agar tidak melayang tak tentu arah. 


Sebelum meninggalkan dunia ini, alm. Christopher Reeve telah menjadi lebih dari sekedar pekerja seni peran dengan kenangan peran akbar yang berdebu & tersimpan dalam lemari.  Reeve dikenang sebagai pribadi yang kuat, tangguh dan memberikan semangat, persis seperti pahlawan yang ia perankan.  Hayden Christensen tetap berkarier dan menyelesaikan setidaknya 1 film layar lebar setiap tahun sejak usai perannya dalam Star Wars, ia juga menjadi bintang iklan berbagai produk.  Jim Caviezel tetap menjalani karier aktingnya, berbagai peran mash terus dipercayaan kepadanya, meski bukan yang terbaik dan terpopuler di mata manusia, Caviezel telah menjadikan kisah sengsara Kristus sebagai perannya dan kisah kuasa kebangkitan Kristus sebagai kisah utama dalam hidupnya.

Ketiga aktor tadi membuat keputusan besar dan menunjukkan setakaran besar campuran kegilaan, keberanian, dan iman.  Di area kehidupan manakah Anda perlu lebih "gila"?  Jika Anda mendambakan bisnis yang sukses, suatu profesi idaman, pasangan hidup, atau hal lainnya yang Anda yakini lebih penting bahkan dari kisah Anda sendiri, "larger than life",   saatnya berhenti melirik etalase luar, saatnya berhenti membolak-balik dompet & menghitung apakah Anda sanggup membayar harganya, saatnya meminta kepada Tuhan yang tidak hanya berperan tapi sungguh menjalani salib itu untuk mampu meniru "kegilaan" cinta-Nya.  


"Because just like Christ, The Firstborn, only the craziest live life to the fullest and furthermore embrace eternity."



Crazy Blogger,
Felix Zhao


Monday, April 29, 2013

How He Sees Us - a lesson from “The Phantom Menace”


by Felix Kurnia FB (Notes) on Tuesday, March 7, 2006 at 10:06am
Star Wars Phantom Menace poster
Dear friends,
I’ve finally finished the last 40 minutes of StarWars Ep.1 “The Phantom Menace” last night. (Where have i been all these times? U might ask)
Though it’s sad to watch the death of Qui-GonJin (hope i spell the name correctly, man.. I like that Jedi knight, not only in fighting scenes, a real futuristic knight), i manage -in God’s awesome creativity- to grip a wonderful lesson thru this legendary hexalogy. That is what happened between Qui-Gon, ObiWan, and little Anakin Skywalker.
The way i see the trust Qui-Gon placed in little talented Anakin is so overwhelming. He determined to train this young boy to become the next Jedi knight. He choose to do that in spite of the diagreement from the Jedi Council. Even Yoda, the most influential Jedi character in my point of view, stated that Anakin has a “clowdy future”. Qui-Gon still believes that Anakin will bring balance to “the Force” whatever that means, i believe little Anakin will achieve great things, but back then those greatness were just potentials. Even in his dying breath, Qui-Gon plead ObiWan, his apprentice to continue his unfinished mission, “It’s to late now … Teach the boy …” (great act by Liam Neeson!).  We all know that Anakin would finally turned into Darth Vader, the main antagonist of the story (ep. IV, V, VI), but in the end before his death he fulfilled the "prophecy", restoring the balance through his son, Luke, one of the main protagnist.
Now … let’s get back to the 21st century’s reality. I learnt that that’s just exactly the way our Father God sees us. Potentials can be “killed” thru bad weakening statements or by lack of understanding from both us and other people. Yet, we would always be responsible to pull the trigger, whether we would continue walking in God’s given purpose, or … just giving up to things people might have said or done to us, mostly in the past, some might still be a part of our life’s struggle.
Our Father God believes that He never creates failures, He does not make bad decision in making us and giving us this life now. He sees many things that most people would’ve failed to see. He sees great things in you and me. That’s really an encouraging thought for us i believe.
So, don’t give up .. find out great things God has planted in your life, because they are seeds that someday will grow to a remarkable glory of God, transmitted thru our lives. Stay focus, stay humble, stay loving to God and others and He will exalt us in due time.

Since, thou wast precious in my sight, thou hast been honorable, and I have loved thee: therefore will I give men for thee, and people for thy life. (Isaiah 43:4)
Humble yourselves therefore under the mighty hand of God, that he may exalt you in due time (1 Peter 5:6)

GBu all 

Saturday, April 27, 2013

Jumpa Fans


"There is an innocence in admiration; it is found in those to whom it has never yet occurred that they, too, might be admired some day."

Inspirasi ini Saya tangkap & tuliskan saat bersiap-siap ke kantor mengenai Anda, sahabat saya yg baik. Teringat reuni dengan beberapa teman lama beberapa saat lalu, Saya terkagum bagaimana waktu bisa mengubah banyak hal.  Untuk Saya mungkin dari jumlah rambut yang tersisa di kepala, utk rekan lainnya mgkn postur "b" alias perut yang tambah maju :), ganti mobil, ganti gaya rambut, ganti rumah, tambah anak, waduh, pokoknya macam-macam.

Kebanyakan kita yg tinggal d ibukota, berpendidikan cukup, dan berkarier, paling tidak selama hidup hampir dipastikan sudah minimal satu kali bertemu dgn tokoh yg kita kagumi. Entah itu selebriti, konglomerat, cendikiawan, maupun tokoh2 terpandang lain yg mewakili "level" popularitas & pengaruh yg bbrp tingkat jauh d atas "level" kita saat ini.

Ketika merenungkan hal ini, saya menangkap tiga perbedaan manusia, yaitu :
1. mereka yang menjalani panggilan hidupnya, 
2. mereka yang berkompromi dengan panggilan hidupnya, 
3. mereka yang hidup secara reaktif tanpa tujuan.

Ada yang bingung apa hubungannya dengan jumpa fans? Mari diperjelas ..

Ketiga (koq mundur? Yang kurang ideal dulu gpp ya..)
===============================
GOLONGAN KETIGA, adalah mereka yg berjumpa tokoh idola tanpa sengaja krn inisiatif tokoh atau pihak ke-3, sama bukan dari inisiatif & kompetensi ybs.
Mungkin krn ada undian atau reality show. Ada/tdknya org tsb tdk berkaitan erat dgn si tokoh.  Bertemu secara kebetulan & amat kecil peluang pertemuan serupa akan berulang.
Begitu juga mrk yg hidup tanpa mengerti tujuan, mrk cenderung hidup secara reaktif.  Jika ada trend dlm karier, mode, sd hal2 tdk terpuji mrk mudah ikut2an, maklum tdk punya tujuan pasti, jadi siapa yg lewat diikuti begitu saja. Mrk umumnya tdk berpengaruh signifikan bagi sesama & seiring waktu yg melaju cepat, hidupnya berlalu begitu saja. Seperti pepatah, "Hidup manusia bagai uap, kini ada, besok tak ditemukan lagi".

Kedua
=======
GOLONGAN KEDUA, adalah mereka yg berjumpa dgn tokoh idola atas usaha sendiri & krn kekagumannya, tp mrk sendiri menjalani hidup yg berbeda arah dgn sang tokoh meski hidup mrk relatif lebih teratur & mapan.
Saat jumpa fans mrk begitu heboh & emosional, tapi setelah berpisah, mrk pulang ke tmpt masing2 & hidup mrk hampir tdk berubah.
Mrk tdk terlalu reaktif. Karena kekagumannya akan sang idola, sebagian mrk menyimpan dambaan utk menjadi spt sang tokoh, namun kekhawatiran2 menahan langkah mrk. Takut dicemooh/ditolak, takut melarat, takut kaya dll (ada ya yang takut kaya? Hehe)
Saya merasa masih ada dlm bilangan kedua ini.  Saya merenungkan pepatah ini, "Mrk yang mendua hati tak akan tenang hidupnya" dan "seperti semak belukar menghimpit benih, demikian kekhawatiran & godaan menghimpit benih perkataan Tuhan hingga mati & tdk bertumbuh dan tdk berbuah".
Terdengar atau tdk, Tuhan memperkatakan sesuatu atas hidup kita saat kita terlahir, spt saat Ia berkata, "Jadilah terang", saat Ia mencipta, Ia memperkatakan tujuan ciptaan tsb.  Beliau bersedih melihat banyak org nampak "sukses" dan "makmur" namun tdk memenuhi perkataan-Nya.  Adakah kita mencari tahu disuruh menjadi apakah kita olehNya?

Pertama
=======
GOLONGAN PERTAMA .. Manusia2 pemberani ini merespon kekaguman mrk dgn memantaskan diri mrk hingga tiba saat berkah itu dimana krn alasan profesi mrk "diharuskan" bertemu dgn tokoh2 idola mrk.  Sebagian malah bertemu krn sedemikian kompeten hingga sang tokoh mencari mrk krn mrk "dibutuhkan".  Biasanya pertemuan itu akan terulang lagi bahkan lebih sering & diskusinya akn lebih bermutu.
Sama spt golongan 3 & 2, mrk tentu bahagia & terharu.  Namun apa yg berbeda?
Mereka memberanikan diri utk melesat melampaui sekedar kekaguman dan keinginan bertemu. Mrk menemukan tujuan perjalanan mrk dan itu seringkali bukanlah sekedar utk menjadi spt tokoh yg mrk kagumi.  Mrk menemukan perkataan Sang Pencipta, mentaati dorongan hati & berani mempercayakan diri pada Dia yg memanggil mrk. Mrk berani percaya bahwa Dia setia & sesederhana itu .. mrk bertindak.

Tuhan yg baik itu berjanji bahwa siapa mencari Dia sepenuh hati mrk akn menemukan Dia.
Duh, ketemu Tuhan?  Ada yg berpikir itu terlalu klise, ada yg blm apa2 sudah pingsan ketakutan.
But don't you know? Tuhan Sang pencipta bumi ini pun ingin kita "membumi". Bertemu Tuhan, ternyata bukanlah hal yg terlalu klise, apalagi jauh dari jangkauan.  Bahwa pertemuan itu adalah atas seijin beliau ..memang benar, namun saat kita mengalaminya, hal itu bisa saja begitu dekat & simple hingga kita tak menduganya, mungkin lewat email yg kita baca, reklame yg terlintas di perjalanan, apapun. Namun satu hal yg pasti Ia berjanji bahwa saat kita berjumpa dgn Nya, hal yg pasti menjadi tanda yg akan tinggal dlm hati kita adalah :

1. Diberitahukannya hal2 besar yg tdk kita ketahui sebelumnya.
2. Diberitahukannya apa yg harus kita katakan di dpn para "penentang".
3. DiantarNya kita ke "Tanah Perjanjian", ke tempat (lokasi, posisi, otoritas, komunitas, dll) dimana Ia mau kita berada.

Dan krn jari jemari lentik saya sudah pegal, Saya hanya ingin mengingatkan bhw semua janji Tuhan mengarahkan kita utk memiliki perjalanan hidup penuh semangat, tak peduli apa tantangan & duka yg menjadi polisi tidur nya, dilema yg menjadi persimpangannya & masalah yg menjadi tikungan tajam nya.

Semoga esok kita bak tersadar dari mimpi bahwa telah Tuhan pertemukan kita dgn org2 besar dlm perjalanan kita menuju rencanaNya yg terbesar.

Blessings
from your exhausted BB-typing Illustrator

Felix Zhao