"We're all in a journey in paths where love showers us, salvation & hope appear out of nowhere, if we only stop a while and take a closer look .."

Friday, April 26, 2013

Nikodemus, Kualitas Seorang Pemenang




Sambil mencari-cari artikel mengenai kehidupan Nikodemus sebagai bahan renungan komunitas sel band Saya, Saya menemukan terjemahan Yunani dari nama tersebut.  Nama “Nikodemus” diambil dari nama Yunani “Νικόδημος” (Nikodemos) yang berarti “pemenang di antara kaum/bangsa nya”.  Nikodemus sendiri memiliki peran dan kisah yang unik di mana sebanyak tiga kali ia muncul dalam kisah Injil Yohanes.  Yang mengejutkan adalah bahwa dalam ketiga peristiwa tersebut ia ada bersama dengan Yesus.  Kita akan menemukan lebih banyak kejutan dan pesan-pesan yang luar biasa seiring penelusuran kita.



1. Keterbukaan Hati yang Membuka Jalan kepada Pewahyuan

Saat kita mengawali kisah pertama pemunculan Nikodemus (Yohanes 3:1-21), Saya yakin beberapa dari kita yang telah akrab dengan kisah ini tidak terpikir untuk segera bertanya kepada diri sendiri bagaimana bisa seorang Farisi seperti Nikodemus terlibat dalam dialog yang begitu hangat dan menginspirasi dengan Yesus Kristus.  Karena kebanyakan kita mengetahui bahwa sepanjang sejarah banyak orang-orang Kristen yang memahami hubungan antara Yesus dengan kaum Farisi sebagai hubungan yang disfungsional / tidak harmonis.  Orang Farisi memaki Yesus dan Yesus balas memaki. 

Namun kini kita temukan, seorang Farisi, menatap mata Sang Anak Manusia saat Ia mengumandangkan suatu pernyataan bersejarah, siapakah Ia sebenarnya dan bagaimana seseorang dapat memiliki jalan masuk kepada Tuhan di dalam kekekalan untuk selamanya.  Bukan seorang nelayan Galilea yang bersahabat, bukan seorang pedagang atau tukang kayu Yudea yang rendah hati,namun seorang Farisi, yang biasa dikenal dengan keangkuhan dan kebencian mereka kepada Yesus.

Sambil membuka referensi berharga lainnya mengenai Nikodemus, Saya menemukan bahwa ia bukanlah seorang Farisi biasa, ia adalah anggota Sanhedrin, mahkamah agung Israel kuno.  Dengan pemahaman yang prima akan Hukum Taurat, Firman Allah dan pengajaran para nabi di masa dahulu ia berkata, 

"Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."  (Yohanes 3:2)

Hampir setiap orang Farisi mempertentangkan Taurat dan Kitab Suci dengan Yesus, tetapi tidak Nikodemus.  Hati yang terbuka telah memberikan Nikodemus kerangka berpikir dan sudut pandang dengan benar, adil, dan seimbang terhadap Yesus.  Dan sebagai hasilnya kemenangannya tercatat selamanya dalam Injil saat dia mengungguli semua rekan-rekannya, menjadi saksi saat Yesus mengatakan untuk pertama kalinya tentang perlunya sebuah kelahiran kembali secara spiritual dan tujuan kedatangan-Nya. Hanya dengan hati yang terbuka kita bisa menghindari muslihat pikiran dan menerima wahyu yang benar dan jelas dari Tuhan melalui hal-hal yang kita tahu, jika tidak kita akan berbalik melawan Allah dengan menggunakan pengetahuan kita sendiri.  Hati yang terbuka membuka jalan bagi pewahyuan.



2. Kerendahan Hati Menyenangkan Allah



Kesempatan kedua adalah di hadapan umum dan tidak begitu menyenangkan.  Tercatat dalam Yohanes 7:43-52 bahwa ketika orang-orang Farisi marah oleh ajaran-ajaran Yesus dan tentu saja, popularitas-Nya, mereka mencoba menangkap Dia, sekali lagi berdasarkan pengetahuan mereka.  Mereka bersikeras bahwa latar belakang Yesus dan – pada saat itu entah bagaimana kemudian mereka jadkan dasar untuk menyimpulkan daerah asal-Nya – menjadi alasan yang cukup baik untuk menempatkan Yesus di balik jeruji dan menghentikan pelayanan-Nya.


"Yah, Dia bergaul dengan orang Galilea, Dia mulai ajaran-ajaran-Nya dari Galilea, tidak ada nubuatan yang mengatakan tentang seorang nabi yang datang dari Galilea, jadi Dia orang Galilea!"  Wah, hebat sekali teman-teman ...


Wow, mereka tidak repot-repot bertanya kepada Yesus.  Mereka berasumsi. Mereka berprasangka dan lupa untuk melakukan apa yang benar, mereka lupa untuk berkomunikasi, mereka melumpuhkan kemampuan mereka sendiri untuk menganggap bahwa seseorang yang mereka aniaya mungkin tidak bersalah.


Mereka begitu menjunjung tinggi diri dan prasangka mereka dan menggunakan Hukum Taurat untuk melayani agenda mereka sendiri.  Mereka memaksakan Yesus ke dalam “kotak” mereka dan jika Dia tidak pad di dalamnya maka Dia bukan Tuhan.  Saya pikir itu bisa dimengerti, karena saya sendiri dalam semangat saya untuk Tuhan dan upaya membela nama-Nya mungkin melakukan hal yang sama.  Tapi sekali lagi – ya ampun – sekali lagi, tidak demikian dengan Nikodemus!


Pada masa mereka tidak memiliki hak Miranda (hak yang dibacakan dalam penangkapan seorang tersangka di Amerika Serikat), mereka tidak memiliki semua pakta atau perjanjian yang indah tentang mengenai hak asasi manusia maupun praduga tak bersalah.  Namun demikian, Nikodemus tetap muncul sebagai pemenang di depan rekan-rekannya, di depan masyarakat, bahkan di depan peradaban waktu itu, ia membela kebutuhan manusiawi Yesus untuk ditanyai dan diadili.  Dia lakukan itu dari kerendahan hati bahwa tidak ada seorangpun yang lebih tinggi dari hukum.  Dan dengan kerendahan hati, ia menempatkan Yesus di tempat yang tepat.


Tentu saja kita tahu ribuan tahun kemudian bahwa Yesus sebenarnya sama sekali bukan orang Galilea asli. Tentu saja kita tahu sekarang bahwa Dia sebenarnya seperti para ahli agama yang cerdas dan penghafal ayat tersebut katakan: 
”Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.” (Yohanes 7:42) – Yesus MEMANG lahir di Betlehem, Yesus MEMANG berasal dari garis keturunan Raja Daud, dan Yesus ADALAH Mesias.

Nikodemus mungkin nampaknya telah kalah dalam sebuah perdebatan, namun ia memenangkan perkenanan Allah.  Meskipun kita tahu bahwa akhir kisah tersebut bukanlah mengenai pembelaan yang berhasil bagi Yesus.  Namun sebaliknya, kehancuran-Nya, sengsara-Nya, dan akhirnya kematian-Nya lah yang membawa akhir bahagia bagi umat manusia, dan lewat semuanya itu, kebangkitan-Nya lah yang terus memberikan kehidupan, pengharapan, dan kemenangan bagi kita.

Setelah segala tindak dan tutur kata, Nikodemus membuktikan dirinya sebagai pencinta kebenaran dan hamba Yahweh, Tuhan Yang Mahakuasa yang dilayaninya dengan rendah hati.
Kita tidak akan pernah menjadi pemenang jika kita memperlakukan Allah dengan tidak benar.  Kerendahan hati memampukan seseorang untuk memperlakukan Allah dengan benar.  Kerendahan hati menyenangkan hati Tuhan.

3. Hanya Mereka yang Bergairahlah yang Mencapai Impian-Impian Allah

Sore itu adalah sore yang kelabu bagi para pengikut Kristus, sore yang teramat sangat kelam.  Di hadapan mereka terbaring jenazah seorang terhukum.  Dituntut atas penistaan dan tuduhan tanpa bukti mengenai usaha kudeta atas kekuasaan Kaisar, seorang pengkhotbah muda Yahudi telah dijatuhi hukuman mati.  Dialah Yesus sendiri, terbaring di sana, diam, tanpa daya, tanpa nyawa.  Mata yang basah dan berkaca menatap ke bawah sambil mereka menyiapkan pemakaman Harapan mereka sendiri.  Sepasang di antara kumpulan mata tersebut adalah milik Nikodemus.


Saya tak dapat mebayangan  apa yang dirasakannya hari itu.  Sedih?  Putus asa?  Bingung?  Sepertinya kita takkan pernah tahu.  Namun satu hal yang dapat kita perhatikan adalah seseorang yang sedang member penghormatan dengan tindakan terbaik yang dia ketahui masih mungkin untuk dilakukan guna menjunjung seseorang yang baginya begtu mengagumkan, penuh kasih, dan tanpa cela. 

Tindakannya menyumbangkan mur (sejenis wangi-wangian yang rasanya pahit yang digunakan khusus untuk penguburan) dan rempah-rempah untuk pemakaman Yesus mengembalikan ingatan Saya pada peristiwa kurang lebih 30 tahun sebelumnya dimana salah satu dari Tiga Orang Majus mempersembahkan mur untuk Sang Bayi Yesus, secara profetik (nubuatan) mengumumkan tujuan kedatangan Yesus yatu pengorbanan dan kematian.  Nikodemus secara tidak sengaja menggenapi nubuatan tersebut dan dengan demikian turut meneguhkan jatidiri kemesiasan Yesus.  Sebuah tujuan yang tak salah lagi telah dipatrikan Allah ke dalam kehidupan Nikodemus secara khusus dan ia menggenapinya.

Mungkin kita tidak memahami apa yang sedang terjadi dalam kehidupan kita.  Namun saat kita terus melangkah dan mempertahankan gairah, cinta, dan penghormatan kita kepada Allah, seperti halnya Nikodemus, kita takkan pernah tahu hal-hal indah dan besar seperti apa yang sedang dipersiapkan Tuhan untuk kita miliki, alami, dan capai.

Seiring berlalunya kita dari musim kehidupan yang satu kepada yang lainnya, kita akan mulai melihat dan menyadari suatu kebenaran, bahwa segalanya datang untuk pergi.  Apakah yang lebih berarti dan memuaskan selain berhasil melaksanakan rencana Tuhan?  Dapatkah ia dibandingkan dengan apapun yang kita miliki ataupun tidak miliki dalam kehidupan ini?  Karena tidak ada yang dapat membawa kita lebih dekat kepada Allah selain rahmat karunia-Nya, dan berada bersama-Nya serta melaksanakan segala keinginan-Nya menjadi kebahagiaan dan kepuasan terbesar di atas segalanya.
Sebagaimana sering kita dengan orang berkata “Hanya mereka yang bergairahlah yang berhasil”, Ijinkan Saya mengatakan demikian mengenai Nikodemus, sang pemenang, “Hanya mereka yang bergairah akan Tuhan lah yang berhasil meraih impian-impian Tuhan”.

Tuhan memberkati
Felix Zhao 

No comments: