"We're all in a journey in paths where love showers us, salvation & hope appear out of nowhere, if we only stop a while and take a closer look .."

Monday, October 12, 2015

My Way Back Into Love

Mohon maaf jika sebagian besar pembaca mendapat kesan bias tentang sejumlah hal, Saya sengaja berkisah secara "halus" mengenai transisi spiritual yg saya alami melalui kesederhanaan kasih para sahabat tanpa maksud menyinggung atau membahas terlalu jauh mereka yg mendemonstrasikan sikap sebaliknya.  Enjoy .. :)

Jangan menutup diri terhadap apapun jika ingin Tuhan mengilhami tiap tarikan napas kita.  Kerap kali guru terbaik kita adalah waktu penantian yg "insanely long", pengalaman yg "extremely painful" dan pribadi2 yang "stubbornly opposite".

     Setiap org punya kisah masing2 dan sementara banyak yg menggunakannya utk justifikasi, saya hendak menggunakannya untuk membuka cakrawala.  Terima kasih Saya utk mrk yg secara "logis" tdk hanya menentang tapi bahkan secara sukarela menempatkan diri menjadi huruf "T" dlm "swot analysis" Saya.  Tibanya Saya di hari ini takkan mgkn jika mrk tdk menuntun Saya kpd kekecewaan berat dan "my lost of faith" akan kasih dan persaudaraan.
     Tapi di tengah perjalanan penuh niat pembalasan, sementara saya menyakiti diri sendiri lebih daripada memilukan orang lain, Saya berjumpa dgn bbrp org "gila" dan "aneh".  Mereka yg dua per tiganya adalah sedarah (dari Adam) menyilaukan mata Saya dgn kontradiksi yg makin diacuhkan makin menyadarkan Saya akan kesia-siaan dari mengacuhkan sesuatu yg tdk mungkin diacuhkan.  Mereka sangat makmur, mereka sangat muda, mereka sangat baik pada Saya.. atau percampuran ketiganya.. ah, no way, can such things be?  Mata Saya perih krn kebanyakan digosok, tangan Saya lecet krn keseringan kucubit.  Mimpi yg absurd, Tuhan tolong bangunkan Saya krn jika tdk,  mgkn Saya akn segera memilih utk tdk terbangun.
     Mimpi itu sungguh menyiksa Saya.  Jika semula hanya telinga Saya yg terusik, keanehan mrk mulai menemukan jalan masuk k pikiran dan perasaan Saya hingga mata Saya tak berhenti menatap, benar2 membiarkan hipnotis, brainwash, atau apapun namanya ini terus berlangsung.  Bagaimana tidak, otak analitis ini terus berlomba ketika menunggu mereka bercerita tentang kemegahan mereka.  Seperti kelinci yg berlari kencang, kelelahan namun tak bisa berhenti karena seikat wortel yg diikatkan di depan matanya, Saya tak kunjung mendengar 5W+H keluar dari mulut mrk.
     Alih2 Saya mendengar bagaimana sahabat pertama yg menolong Saya dlm business kickstart berbicara tentang "value & culture", tentang perjalanan jauh yg membuatnya kelelahan & jatuh sakit, yg  ternyata bukanlah upaya mengejar omzet, order, atau tender, tapi utk menjumpai org2 spt Saya, bercerita tentang kebenaran cinta-Mu, Tuhan.
     Betapa sebagian diri yg muak ini ingin menutup telinga ketika sahabat kedua bercerita tentang pewahyuan yg diterimanya tentang keberhargaan-Mu dan sementaranya hidup.  Namun betapa lemahnya sendi2 lengan ini saat dia yg begitu "berada dan punya" berkata bahwa ia tdk mengejar apalagi membanggakan semua itu.
     Siksaan ini belum berakhir saat Saya menyadari beratnya kantong plastik yg entah sudah brp jam Saya jinjing.  "Makanan ringan, minuman, semua ini untukmu, dan tolong berikan mainan2 ini ya utk si kecil."  Ujar suara lembut sahabatku yg ketiga.  Air mata deras menetes.  Tuhan, ini tdk mgkn terjadi, mengapa membohongiku dgn mimpi?  Dunia yg kutahu tdklah spt ini.  Manusia yg kukenal tidaklah semulia ini.  Dunia sudah membuat suara2 buruk dan mengerikan meneriakiku tanpa henti, memintaku turun dari panggung sebelum laguku tiba di bait kedua.  Saya sdh mempercayai betapa buruk & tdk pantasnya Saya utk bahagia, bagaimana mgkn mrk berpikir Saya pantas ditolong, bahwa Saya perlu dibantu.  Kena racun apakah otak mrk?  Kini lututku ikut lemas.  Saya jatuh berlutut.

Hari berlalu cepat.. terlalu cepat.  Si kecil yg dulu ku gendong di atas pundak sambil terbahak, kini sdg sibuk dgn kursus "robotic" di sekolahnya, quiz Mandarin dan Bahasa Inggris baru dirampungkannya tanpa masalah yg berarti.  Sebentar2 mulut mungil nya menagih janji yg belum sempat kupenuhi, minggu ini Saya belum melanjutkan mengajarinya permainan gitar klasik.  Sambil duduk di ambang santai dan tegang, berteman teh hangat, smartphone & setumpuk kalkulasi, Saya menanti "si jagoan" pulang.

Ya, hidup dlm banyak hal masih seperti dulu, terutama soal sikut kiri kanan dan tagihan di akhir bulan.  Namun, terima kasih Tuhan, terima kasih teman2, terima kasih Om & tante, terima kasih para penentang, jealouser & hater, wahai Anda yg dingin hati dan rasa.  Kini Saya jadi lebih menerima diri dan memahami alasan mengapa masih ada nadi.

Banyak kitab yg dikira basi dan jurnal terkini sdh mencatat betapa sedikit mereka yg mendirikan gunung emas, dan terjal nya jalan buat mrk yg sengaja mengikhtiarkannya.  Bahwa menjadi lebih ini dan lebih itu, jika maksudmu agar bahagia, kecewa dan hancurlah yg kau dpt akhirnya.
     Maka Saya tiba di tulisan aneh ini .. "Jika ingin mengalahkan Nabi Sulaiman silakan dicoba, tinggal masalah waktu sebelum nama kita terkubur dlm debu dan sirna dari ingatan sejarawan sekalipun.  Tapi jika yg dicari adalah kesempatan utk mencintai lebih banyak manusia seperti Saya di waktu lalu.. Saya yakin hati Tuhan yg mengalahkan luas samudera semesta akan menaruh kita di dalam-Nya, selamanya."

GBu nonstop
FKZ

No comments: